Moral Pecundang Remaja

DEKADENSI atau pergeseran nilai-nilai moral pada masyarakat golongan remaja sangat mengkhawatirkan. Budaya malu sebagai bangsa Asia mulai terkikis. Kini, negara dalam posisi terancam karena menipisnya jumlah remaja yang masih menjunjung tinggi nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam beberapa tahun terakhir, bangsa Indonesia dikejutkan dengan beredarnya video porno di kalangan pelajar. Lebih miris, pemeran dalam adegan layaknya suami-istri tersebut merupakan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU). Mereka melakukan hubungan terlarang tersebut tanpa paksaan pihak lain.

Selain video porno dan seks bebas, negara juga dihadapkan peredaran narkoba. Bukan hanya remaja, anak-anak yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD) juga sudah menjadi korban narkoba. Narkoba dan minuman keras sangat mudah didapat. Peredarannya sudah seperti wabah penyakit dan dengan harga relatif murah alias terjangkau kalangan remaja. 

Merosotnya mental atau moral remaja bisa kita lihat ketika terjadi tawuran pelajar. Sebagian remaja menggunakan cairan kimia yang menyebabkan cacat permanen, bahkan kematian pada orang lain. Mereka juga dengan bangga menenteng senjata tajam seperti seorang preman bernyali tempe. Remaja di negeri ini tidak berani bertindak sebagai kesatria.

Banyak pihak menyebut, merosotnya moral bukan semata-mata kesalahan remaja bersangkutan. Perhatian orangtua, lingkungan pergaulan, dan terpaan nilai-nilai agama sangat mendukung terbentuknya moral yang baik bagi remaja. Tingkah laku pemimpin di Indonesia dan para pejabat lainnya juga memiliki pengaruh besar.

Bagaimana mungkin meminta remaja menunjukkan loyalitas terhadap bangsa dan negara, sementara pemimpin di negeri ini korupsi berjamaah. Tidak tepat meminta remaja menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sementara orangtua, pemimpin negara, dan pejabat di negeri ini justru mempertontonkan perilaku yang bertentangan dengan etika.

Maraknya perilaku seks bebas, penggunaan narkoba dan aksi kejahatan lainnya tidak lepas dari pengawasan pemerintah. Sulit mengubah moral dan mental remaja bila tidak didukung kebijakan tegas pemerintah.

Tengok saja bagaimana menjamurnya tempat hiburan malam dan panti pijat plus di sudut Ibu Kota. Tidak ada aturan ketat yang melarang tempat hiburan malam dan lokasi pijat plus menerima tamu berusia di bawah 25 tahun. Semua kalangan usia bisa masuk, asalnya memiliki kocek sesuai tarif.

Bagaimana bisa tempat hiburan malam yang menjual minuman keras dan menyediakan wanita penghibur luput dari pengawasan pemerintah. Apa jadinya kalau sebagian besar pengunjung merupakan kalangan remaja? Ini menjadi tugas penting bagi pemerintah, sehingga merosotnya mental dan moral remaja bisa ditekan.

Perkembangan dunia teknologi juga menjadi pemicu, bahkan bisa dikatakan penyumbang terbesar merosotnya moral remaja. Ternyata, sebagian besar remaja mengakses konten video porno melalui internet. Artinya, pemerintah juga tidak bisa memberikan proteksi dini agar remaja terhindar dari perilaku seks bebas.

Pemerintah bisa mencontoh bagaimana China memproteksi konten yang berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakatnya. Bila mengancam kerusakan moral dan mental, pemerintah China langsung memblokir situs tersebut. Jadi peluang rusaknya moral dan mental masyarakatnya bisa dicegah. Sebaliknya, pemerintah masih belum maksimal memberantas konten yang masuk kategori berbahaya.

Banyak sebab yang menjadi pemicu rusaknya moral sebagian remaja di negeri ini. Masih bisa diperbaiki meski sulit, asalkan ada aksi konkret dari orangtua dan pemerintah. Sebaliknya, moral dan mental bangsa ini semakin terjerembab bila pemerintah masih bersandiwara memimpin negeri ini. 

Merosotnya moral remaja merupakan gejala patologis sosial yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Artinya perlu pengawasan konkret dari orangtua dan pemerintah.

Perilaku sebagian remaja di negeri ini masih bisa diubah. Mereka masih memiliki contoh atau panutan hebat. Tangguhnya mental, moral dan rasa nasionalis para pemain Timnas U-19 Indonesia bisa dijadikan inspirasi para remaja. Para pemain tersebut rela memangkas masa remajanya dengan bermain demi harum nama bangsa.

Bukan saatnya para remaja di negeri ini mempertontonkan mental atau moral seorang pecundang. Para remaja harus segera menunjukkan talenta dan prestasi lainnya yang menjadi inspirasi anak lainnya. Kelak, negeri ini tidak akan kehilangan generasi yang bisa memajukan dan mengharumkan Republik Indonesia.

- See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/10/29/59/888530/moral-pecundang-remaja#sthash.Halc3GEZ.dpuf

Related product you might see:

Share this product :

Posting Komentar

Terima Kasih telah berkunjung ke web kami, mudah-mudahan jadi pelanggan setia. Happy shopping!!!

 
Support : DhifaOutlet | KiosTravel | Meja Online
Copyright © 2014. Dhifa Store - All Rights Reserved
Template Created by Hafidz Ma'mun Published by Dhifa Store
Proudly powered by Blogger